Keistimewaan Bulan Safar: Meluruskan Mitos, Meraih Berkah
Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriyah, setelah bulan Muharram. Dalam tradisi jahiliyah, bulan ini dikenal sebagai bulan kesialan, musibah, bahkan dianggap pantangan untuk menikah atau bepergian. Namun, Islam meluruskan keyakinan ini dan memberikan perspektif yang benar.
🌙 1. Meluruskan Mitos Kesialan Bulan Safar
Di masa jahiliyah, orang-orang Arab meyakini bahwa bulan Safar adalah bulan celaka. Mereka menunda pernikahan, bepergian, hingga berdagang. Islam datang dan menghapus keyakinan tersebut.
🕌 Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidak ada penularan penyakit dengan sendirinya, tidak ada thiyarah (merasa sial karena sesuatu), tidak ada hamah, dan tidak ada (kesialan pada bulan) Safar.”
(HR. Bukhari no. 5707, Muslim no. 2220)
Hadis ini menegaskan bahwa Safar tidak memiliki kekuatan membawa sial, dan semua kejadian terjadi atas takdir dan izin Allah ﷻ.
🗓️ 2. Peristiwa Penting di Bulan Safar
Bulan Safar memiliki sejarah penting dalam Islam. Namun, peristiwa-peristiwa itu bukan tanda kesialan, melainkan ujian dan hikmah dari Allah.
📜 A. Wafatnya Nabi Muhammad ﷺ Dimulai di Bulan Safar
Menurut banyak riwayat, sakit Nabi Muhammad ﷺ dimulai pada akhir bulan Safar tahun ke-11 Hijriyah, dan beliau wafat pada 12 Rabi’ul Awwal.
Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika Nabi mulai merasakan sakit kepalanya, beliau berkata:
“Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakit kepala.”
*(HR. Ahmad)
Beliau tetap memimpin shalat meski dalam kondisi sakit, hingga akhirnya tidak mampu lagi dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu menggantikan beliau menjadi imam. Sakit beliau semakin berat hingga wafat di pangkuan Aisyah, di rumahnya, dalam keadaan mulia.
💡 Pelajaran: Sakit dan wafatnya Nabi ﷺ bukan karena bulan Safar, melainkan sebagai ketentuan takdir Allah yang menjadi pelajaran kesabaran dan keimanan bagi umat.
⚔️ B. Perang Al-Abwa (Waddan): Awal Perjuangan Militer Islam
Perang Al-Abwa atau Perang Waddan terjadi di bulan Safar tahun ke-2 Hijriyah. Ini adalah ekspedisi militer pertama yang dipimpin langsung oleh Rasulullah ﷺ.
Tujuannya adalah mencegah penyergapan Quraisy dan menunjukkan kekuatan Islam kepada suku-suku di sekitar Madinah. Walau tidak terjadi pertempuran, ekspedisi ini berhasil membangun perjanjian damai dengan Bani Damrah.
Ibnu Hisyam meriwayatkan bahwa Nabi membawa 70 pasukan Muhajirin, meninggalkan Sa’d bin ‘Ubadah sebagai pengganti di Madinah, dan mereka kembali setelah sekitar 15 hari.
💡 Pelajaran: Bulan Safar menjadi awal keberanian kaum Muslimin membela Islam secara terbuka, bukan bulan sial, melainkan bulan perjuangan dan strategi.
📿 3. Amalan yang Dianjurkan di Bulan Safar
Meskipun tidak ada amalan khas di bulan Safar, beberapa ibadah sunnah tetap dianjurkan untuk meraih keberkahan waktu:
✅ Puasa Sunnah
- Puasa Senin dan Kamis
- Puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 Hijriyah)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amal-amal manusia diperlihatkan pada hari Senin dan Kamis. Maka aku suka jika amalanku diperlihatkan dalam keadaan aku berpuasa.”
(HR. Tirmidzi)
✅ Sedekah dan Infaq
Sebagai bentuk syukur dan keimanan, memperbanyak sedekah di bulan ini sangat dianjurkan. Ini juga menjadi bantahan terhadap mitos bulan sial.
✅ Umrah
Umrah pada bulan Safar boleh dilakukan. Tidak ada larangan dan tidak ada keutamaan khusus, namun tetap berpahala sebagai bentuk ketaatan dan ziarah ke Baitullah.
💡 4. Sikap Seorang Muslim Terhadap Bulan Safar
- Menolak takhayul atau kepercayaan sial.
- Menyambut bulan Safar dengan amal shalih dan ilmu.
- Menyebarkan ilmu yang benar kepada masyarakat sekitar.
Allah ﷻ berfirman:
“Katakanlah: Tidak akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami. Dan hanya kepada Allah orang-orang beriman bertawakal.”
(QS. At-Taubah: 51)
📝 Penutup: Safar, Bulan Ujian dan Berkah
Bulan Safar bukanlah bulan sial, melainkan bagian dari waktu yang diciptakan Allah. Peristiwa seperti sakit Nabi ﷺ menjelang wafat, dan Perang Al-Abwa justru menjadi pengingat bahwa dalam ujian ada berkah dan pelajaran besar.
Alih-alih menghindari bulan Safar, kita dianjurkan untuk mengisinya dengan amal saleh, menepis mitos, dan menguatkan tauhid.